Posted by : Tika Jumat, 03 Maret 2017

Sejarah bukanlah untuk dibaca lalu disimpan rapih di memori otak. Namun lebih dari itu. Sejarah harus diaplikasikan ke kehidupan. Sejarah bukan untuk nilai rapot, namun nilai kehidupan. Pada kenyataannya, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah. Diantaranya, kita dapt mengambil pelajaran pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.

Ambil Tarumanegara sebagai contoh pertama. Masyarakat pada kerajaan ini begitu patuh dan setia kepada rajanya. Dibuatnya prasasti-prasasti yang memuja raja mereka. Dalam kehidupan kita, kita bisa mencontoh mereka. Bukan membuat prasasti tentunya, namun patuh dan taat kepada pemimpin kita. Tapi, tidak semerta-merta jika pemimpin kita buruk kita masih mengikutinya.

Lalu ada Kerajaan Mataram Kuno. Pada masa kerajaan ini, toleransi antar agama sangat tinggi. dibuktikan dengan pernikahan antara Rakai Pikatan yang beragama hindu dengan Sri Pramowardhani yang beragama buddha. Bukti lain yaitu adanya candi bercorak hindu dan bercorak buddha yang berdekatan, baik letak maupun waktu pembuatannya.

Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya mempunyai strategi dan taktik yang baik untuk memperluas ekspansi dan memperkuat perdagangannya. Sriwijaya juga dijadikan sebagai pusat agama buddha (Mahayana). Kita bisa mencontoh bagaimana Sriwijaya melakukannya.

Kemudian ada Majapahit. Kombinasi antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada yang hebat membuat kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, seperti wilayah Indonesia sekarang. Namun, kejayaan itu harus berakhir dikarenakan kesalahpahaman antara pihak Majapahit dan Pajajaran. Hayam Wuruk berniat untuk menikahi Dyah Pitaloka, putri dari kerajaan Pajajaran. Tapi, Majapahit (selaku orang kepercayaan yang diutus untuk menjemput tuan putri, malah memerintahkan Pajajaran untuk tunduk kepada Majapahit. Pajajaran menolak dan terjadilan Perang Bubat. Disini bisa diambil pelajaran bahwa kepercayaan antara kawan sangatlah dibutuhkan.

Dan yang terakhir Singasari. Kerajaan ini pertama kali diperintah oleh raja yang hebat, yaitu Ken Arok. Ia membuktikan bahwa bukan hanya keturunan raja saja yang bisa menadi raja. Ia, seorang anak petani, juga bisa memimpin kerajaan. Namun sayang, kerja keras yang dilakukan oleh Ken Arok tidak dibarengi dengan perangai yang baik. Pada akhirnya, kelicikan menjadi senjata makan tuan nagi dirinya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Tinos - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -